Bertanam Lado



Memang kesukaan saia dari dulu adalah bertanam. Segala yang ada saia tanam. Kalau ada tomat saia tanam. Kalo ada tarung, saia tanam kalo ada ladoh saia tanam. sampai2 pitih pun saia tanam. Wah rupanya bangsat saia jadinya. Tapi alhamdulillah. Lado yang saia tanam dalam sumpik plastik itu pandai berbuah juga rupanya. Ada yang merah ada yang hijau. Yang merah namanya lado sirah, kalau yang hijau namanya lado muda. Dalam hati saia mangecek :
“kalo saia jual lado ini dipasar pastilah berubah nasib saia.”
Tapi rupanya Republik ini jatuh bangsat pula seperti saia. Kata orang-orang  pintar dan yang berpangkat diatas sana. Republik ini sedang dilanda resesi akibat deflasi karena harga turun. Kerambil turun, pisang turun, tarung turun termasuk juga lado. Kata amak-amak tetangga saia sekarang lado harganya tidak lebih dari harga pitih bergambar orang hebat dari Biak. Padahal kalau hari mau Raya harganya bisa melebihi pitih yg bergambar mantan Mentri Keuangan zaman dulunya.
Pergilah saia ke Balai ketemulah dg Etek-etek sedang menggalas. Saia bilang saia punya lado yg saia kasih nama Malika yang saia rawat seperti anak sendiri. Padahal didalam hati saia berkata :
“kalau anak saia tahu, bisa merajuk 2 hari 3 malam dibuatnya karena ternyata dia punya saudara sambung”.
Tapi biarlah, yang namanya menggalas kan harus juga pandai-pandai menjual nama. Saia tanya berapa Etek akan mengharagai si Malika. dia bilang tak lebih dari pitih warna tarung. Karena sekolah ekonomi saya tenggi, saya tawarlah dengan setengah pitih warna biru.rupanya tak mau Etek-etek itu.Dia bilang sekalipun warna hijau pitihnya tak bakal dibelinya. Memang, adab menggalas tentu harus seperti itu.jangan sampai kita nampak harap kita sama orang. Jadi saia bilang kalau tak penuh keatas bisa lah kalau penuh kebawah kata saia dengan gaya diplomasi macam Atuk saia yang berjenggot uban sewaktu dulu berdiplomasi dengan Kompeni. Jadi berapa lah matinya kata saia sama etek itu. Rupanya tetap saja dia berkeras sama seperti harga semula. Jadi saia kecek sama Etek itu :
“Kalau begini tidak berjodoh lah kita.”
Karena tidak juga bersua harganya maka pulang lah saia kerumah. Pas saia lewat dekat rumah rupanya tetangga saia si Aciek jantan dari rantau Pulau Jawa mau bikin pabrik kerupuk lado. Senang lah saia jadinya. Bisa saia dagangkan si Malika anak saia ini sama dia. selepas sholat Magrib bertandanglah saia kerumahnya. Tentu mulanya saia tanya keadaannya.
”lai sehat2 saja aciek sepulang dari rantau.sebab saia dengar banyak pula orang kampung kita pulang dari rantau kena sapid-13”.
 Dia bilang :
“Saia sehat malahan sekarang tambah berpitih.tak tahu lagi mau diapakan pitih saia ini”.
Keceknya, jadi dia bilang dia mau bikin pabrik kerupuk lado. Supaya kampungnya ini naik ekonominya.
”oooo begitu rupanya, hebat juga si aciek ini dalam hati saia.”
Walaupun keceknya pun tak jauh berbeda dengan saia masih sekerat ular sekerat belut. Saia sambutlah keceknya itu.kebetulan, saia bilang adalah beberapa sumpik plastik lado saia sdg belajar berbuah.jadi tawarkan ke dia. Lalu dia bilang ke saia berapa saia mau jual ke dia. Saya bilang tidak dari kurang pitih merah per 1 kilanya. Langsung dia berteriak ke saia  :
"deal"
Terkejutlah saia dibuatnya tak tau apa maksudnya.saia cari-cari lah di gugel artinya rupanya maksudnya “bajadi”.
“wah mantap pula aciek jantan ini,” dalam hati saia. Saia tanya pulalah kenapa dia mau beli lado saia lebih dari harga di balai dan nantik kemana mau dijual kerupuk ladonya. Dia bilang supaya dia bisa menaikkan harga lado dikampung nya dan kerupuk ladonya nantik dijual ke nagari tetangga.karena mana ada orang kampung sini makan kerupuk lado. Kalau tentang harga dia bilang harga kerupuk ladonya dijual dibawah harga pasar.karena kerupuk lado di dunia internasional sedang terjelapak. Berpikir keraslah banak saia dibuatnya. Saia yg santing atau si Aciek ini yang pandir. Tapi sudahlah tak perlu juga saia ributkan, karena pitih lado saia yang sudah berjadi itu sampai 3 hari ini belum juga dibayarnya.
“eeeee uuuuuwaaik…”
 
Cerita ini khayalan semata, karenanya tak mungkin cerita dan tokohnya akan sama dengan yang didunia nyata apalagi dengan dunia sana. Jadi abaikan saja. Terima kasih sudah mau membaca sampai titik ini. “Ya titik ini.” “ya titik ini.” Udah!” Memang tidak pakai titik apalagi titik-titik.
 

Comments

Popular Posts